A.
Ekologi
1.
Pengertian
Ekologi dikenal sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah tanaman, sedangkan lingkungannya
dapat berupa air, tanah, unsur hara, dan lain-lain. Kata ekologi sendiri
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya
rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi
semula ekologi artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya”.
Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya”.
Saat ini ekologi lebih dikenal sebagai ”ilmu yang mempelajari struktur dan
fungsi dari alam”. Bahkan ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari rumah
tangga makhluk hidup.
Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel seorang ahli
biologi Jerman pada tahun 1866. Beberapa para pakar biologi pada abad ke 18 dan
19 juga telah mempelajari bidang-bidang yang kemudian termasuk dalam ruang
lingkup ekologi. Misalnya Anthony van Leeuwenhoek, yang terkenal sebagai pioner
penggunaan mikroskop, juga pioner dalam studi mengenai rantai makanan dan
regulasi populasi. Bahkan jauh sebelumnya, Hippocrates, Aristoteles, dan para
filosuf Yunani telah menulis beberapa materi yang sekarang termasuk dalam
bidang ekologi.
2.
Ruang
Lingkup Ekologi
Secara ringkas, ruang lingkup ekologi dapat digambarkan
melalui spektrum biologi, yang menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan
sebagai berikut :
a.
Protoplasma adalah zat
hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang kompleks, seperti lemak,
protein, dan karbohidrat.
b.
Sel adalah satuan dasar
suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung dalam
membran. Membran merupakan komponen yang menjadi pemisah dari satuan dasar
lainnya.
c.
Jaringan adalah kumpulan
sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan otot.
d.
Organ atau alat tubuh
merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi tertentu, misalnya
kaki atau telinga pada hewan, dan daun atau akar pada tumbuhan.
e.
Sistem organ adalah kerja
sama antara struktur dan fungsi yang harmonis, seperti kerja sama antara mata
dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara hidung dengan tangan.
f.
Organisme adalah suatu
benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.
g.
Populasi adalah kelompok
organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada suatu daerah tertentu.
Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng di Ujung Kulon, populasi
badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di Jawa Barat.
h.
Komunitas adalah semua
populasi dari berbagai jenis organisme yang menempati suatu daerah tertentu. Di
daerah tersebut setiap populasi berinteraksi satu dengan lainnya. Misalnya
populasi rusa berinteraksi dengan populasi harimau di Pulau Sumatra atau
populasi ikan mas berinteraksi dengan populasi ikan mujair.
i.
Ekosistem adalah tatanan
kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks
antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup maupun tak hidup
(tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu
sistem ekologi.
j.
Biosfer adalah lapisan bumi
tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kira-kira 9000 m di atas permukaan
bumi, beberapa meter di bawah permukaan tanah, dan beberapa ribu meter di bawah
permukaan laut.
3.
Konsep
Ekologi
Pembahasan ekologi tidak
lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan
dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik. Hubungan
keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem
harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis).
Perubahan terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya.
Homeostatis adalah
kecenderungan sistem biologi untuk
menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan. Ekosistem mampu
memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya
yaitu organisme dan populasi. Dengan
demikian, ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung
mengganggu sistem pengendalian alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari
bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang
terakhir manusia.
4.
Kedudukan Dan
Perkembangan Ekologi
Ekologi mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan
ilmu dan teknologi. Perkembangan ekologi mempengaruhi ilmu yang lain, demikian
juga perkembangan ilmu yang lain mempengaruhi ekologi. Ilmu ekologi pada
awalnya merupakan suatu pengetahuan umum dan hanya mempelajari hubungan
lingkungan secara individual atas dasar fisiologi. Pada waktu itu para
cendekiawan, khususnya dari kalangan ilmu alam, kurang menaruh perhatian pada
berbagai ilmu yang sifatnya umum, tetapi orang lebih banyak mengarahkan perkembangan
ilmu-ilmu ke arah spesialisasi. Walaupun perhatian orang terhadap ilmu ekologi
jika dibandingkan dengan ilmu lain, terutama ekonomi dan politik kurang
memadai, namun ekologi terus berkembang. Sebagai bukti bahwa ilmu ekologi dapat
terus berkembang dan melebarkan sayapnya ke bidang-bidang lain seperti botani,
dan zoologi.
Ekologi modern memusatkan perhatian pada konsep ekosistem.
Konsep ini menyangkut beberapa asas dasar yang nanti akan diuraikan pada
kegiatan belajar atau modul-modul berikutnya. Penggunaan konsep ekosistem
menuju kepada pendekatan baru yaitu pendekatan sistem. Pendekatan ini meliputi
penggunaan model-model matematika, yang antara lain digunakan untuk menjelaskan
secara lebih sederhana suatu ekosistem atau dapat pula untuk meramal/menduga
perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Bahkan dalam
perencanaan pembangunan, dapat diperkirakan dampak-dampak yang akan terjadi
pada suatu ekosistem sehingga dapat direncanakan pula bagaimana mengeliminir
dampak negatif yang akan terjadi.
5.
Masalah
Lingkungan dan Penyebab Kerusakan Lingkungan
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk
kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.
Bentuk
kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam.
1)
Letusan
gunung berapi
Letusan gunung berapi
terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat
keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan
gunung berapi antara
lain berupa:
a) Hujan abu vulkanik,
menyebabkan gangguan pernafasan.
b) Lava panas, merusak,
dan mematikan apa pun yang dilalui.
c) Awan
panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
d) Gas
yang mengandung racun.
e)
Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan
lain-lain.
2)
Gempa
bumi
Gempa bumi adalah getaran
kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan
magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan
lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa,
namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan
dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa
peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
a)
Berbagai bangunan roboh.
b) Tanah
di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
c) Tanah
longsor akibat guncangan.
d)
Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
e) Gempa
yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
3)
Angin
topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari
kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan
tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Bahaya
angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan
atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan
kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup dalam bentuk:
a)
Merobohkan bangunan.
b) Rusaknya
areal pertanian dan perkebunan.
c)
Membahayakan penerbangan.
d)
Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
b. Kerusakan lingkungan hidup karena faktor
manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di
bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari
pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang
ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan
pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang
diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan
hidup. Beberapa
ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak
pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
1)
Penebangan hutan secara liar (penggundulan
hutan).
2)
Perburuan liar.
3)
Merusak hutan bakau.
4)
Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5) Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6) Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7) Pemanfaatan sumber daya alam secara
berlebihan di luar batas.
B.
Ekosistem
1)
Pengertian Dan
Definisi Ekosistem
Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi
secara timbal balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk
suatu sistem yang kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem.
Dengan kata lain ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang
menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan
yang dimaksud dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik
(non makhluk hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu
dijumpai proses interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara
lain dapat berupa adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi,
perkembangan, dan pengendalian.
Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan
lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan
faktor-faktor fisik (iklim, air, dan tanah) serta kimia (keasaman dan
salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Gatra yang dapat
digunakan sebagai ciri keseutuhan ekosistem adalah energetika (taraf trofi atau
makanan, produsen, konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana
taraf trofi), dan produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika dilihat
komponen biotanya, jenis yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh hubungannya
dengan jenis lain yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu
keberadaannya ditentukan juga oleh keseluruhan jenis dan faktor-faktor fisik
serta kimia yang menyusun ekosistem tersebut.
Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai
dirintis oleh beberapa pakar ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman)
menggunakan istilah biocoenosis. Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika)
menggunakan istilah mikrokosmos. Di Rusia pada mulanya lebih banyak digunakan
istilah biocoenosis, ataupun geobiocoenosis. Istilah ekosistem mula-mula
diperkenalkan oleh seorang pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley, pada
tahun 1935. Pada akhirnya istilah ekosistem lebih banyak digunakan dan dapat
diterima secara luas sampai sekarang.
2)
Komponen Ekosistem
a.
Komponen biotik
Komponen biotik adalah semua makhluk hidup
yang terdapat dalam sebuah ekosistem, baik itu tumbuhan, hewan, bahkan
makhluk mikroskopik seperti bakteri. Komponen ini nantinya akan membentuk
sebuah rantai makanan yang akan menjaga kestabilan sebuah ekosistem.
Komponen biotik dalam sebuah ekosistem dapat dibedakan menjadi beberapa macam
tergantung dari cara mendapatkan makanannya, yaitu organisme autotrof atau
produsen, heterotrof atau konsumen, dan dekomposer atau pengurai.
1)
Organisme Autotrof atau Produsen
Organisme ini adalah semua makhluk hidup
yang mampu membuat makanannya sendiri. Yak betul, makhluk hidup ini
adalah tumbuhan, tumbuhan dapat menghasilkan makanannya sendiri karena
mempunyai 2 hal, seperti di bawah ini.
a)
Klorofil
Klorofil atau zat hijau daun adalah salah
satu komponen yang digunakan oleh tumbuhan dalam menghasilkan makanannya, jika
suatu mahluk hidup tidak mempunyai klorofil maka dia tidak dapat
disebut sebagai produsen. Oh iya, fitoplankton di laut, atau plankton
tumbuhan juga termasuk dalam kategori iniya Squad.
b)
Melakukan Fotosintesis
Syarat kedua sebagai organisme autotrof
adalah berfotosintesis. Fotosintesis adalah kegiatan memproduksi
makanan yang terjadi pada tumbuhan dengan memanfaatkan sinar matahari, klorofil
dan karbon dioksida, kegiatan ini menghasilkan makananyang diperlukan oleh
tumbuhan, selain itu kegiatan fotosintesis ini mengeluarkan hasil berupa
oksigenyang berguna untuk mahluk hidup lain bernapas.
2)
Organisme Heterotrof atau Konsumen
a)
Herbivora
Herbivora adalah organisme yang sumber
makanannya adalah daun dan tumbuhan, contoh dari herbivora adalh kambing, sapi,
kuda, kerbau, dan lain-lain
b) Karnivora
Karnivora
adalah organisme yang sumber makanannya berupa daging, hewan ini memenuhi
kebutuhan makanannya dengan cara memangsa organisme lain. Misalnya macan,
singa, ikan hiu.
c)
Omnivora
Omnivora
adalah organisme yang memenuhi kebutuhan makanannya dengan daging atau
tumbuhan, organisme ini biasanya menyesuaikan makanan utamanya tergantung
dengan sumber makanan mana yang melimpah, daging atau tumbuhan. Contohnya
adalah beruang, babon, dan manusia.
3)
Organisme Dekomposer atau Pengurai
Organisme pengurai adalah tubuh renik
yang bertugas untuk melakukan penguraian jasad organisme. Saat organisme
mati, pengurai menguraikan semua sisa organisme yang mati itu untuk
dijadikan mineral dan unsur hara tanah. Hal ini menjaga keseimbangan ekosistem
karena apa yang diambil akan kembali lagi untuk memenuhi kebutuhan generasi
selanjutnya. Contohnya adalah, bakteri, jamur, cacing tanah dan lain-lain.
b.
Komponen abiotik
Adalah komponen tidak hidup yang mendukung
serta menjaga keseimbangan suatu ekosistem, hal yang termasuk dalam komponen
abiotik adalah:
1)
Udara;
2)
Air;
3)
Cahaya
matahari;
4)
Iklim;
5)
Kelembaban;
6)
Keasaman
tanah dan Jenis Tanah
C.
Homeostasis Ekosistem
Setiap ekosistem mampu menjaga dan mengendalikan dirinya
sendiri dari gangguan yang berasal dari luar, termasuk komponen-komponen biotik
maupun abiotik yang ada di dalamnya. Ekosistem mempunyai kemampuan untuk
menangkal berbagai perubahan ataupun gangguan yang dialaminya sehingga
terjagalah keseimbangan yang ada di dalamnya. Keseimbangan ekosistem disebut
homeostasis ekosistem. Mekanisme homeostasis ini sangat rumit dan menyangkut
banyak faktor serta mekanisme, termasuk di dalamnya adalah mekanisme
penyimpanan bahan/materi, pelepasan unsur hara, pertumbuhan populasi, produksi,
dan penguraian/dekomposisi. Meskipun ekosistem mempunyai kemampuan untuk
menangkal setiap gangguan dari luar untuk menjaga keseimbangannya, tetapi
kemampuan tersebut ada batasnya. Manusia yang sebetulnya merupakan salah satu
unsur dalam ekosistem, justru seringkali merupakan pengganggu yang terbesar
terhadap kelangsungan hidup ekosistem itu sendiri. Hal ini terjadi ketika
manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan mereka. Sebagai contoh akan diberikan gambaran
mengenai perilaku manusia terhadap alam sebagai berikut:
1. Kasus penebangan
hutan
Penebangan pohon di hutan oleh manusia seringkali
melampaui kemampuan hutan tersebut untuk pulih kembali. Akibatnya hutan menjadi
rusak, tidak dapat pulih kembali, dan akan menjadi ekosistem yang lain atau
bahkan menjadi gundul sehingga terjadi erosi yang berat, banjir di musim hujan,
kekeringan di musim kemarau, hilangnya keanekaragaman hayati, dan lain-lain.
Bila hal ini terjadi secara terus-menerus, akan berdampak negatif yang serius
dan dikhawatirkan akan menjadi padang pasir.
2. Pembuangan limbah dan penggunaan zat-zat kimia
Akhir-akhir ini sudah nampak kasus yang serius bahwa
banyak sungai dan laut yang airnya sudah sangat kotor, kehidupan di dalamnya
sudah berubah secara drastis, banyak jenis yang langka dan sudah punah, dan
lain-lain. Perairan yang tadinya banyak dijumpai berbagai kehidupan juga sudah
banyak berubah menjadi hitam, bau, penuh dengan sampah, dan lain-lain. Sungai
yang semula bersih menjadi tercemar karena di sepanjang aliran sungai tersebut
terdapat banyak pabrik, permukiman, pertanian, dan kegiatan lain yang
menghasilkan limbah dan sebagian besar membuang limbah cairnya ke dalam sungai
tersebut. Prinsip homeostatis tentu sudah sulit dicapai, karena daya tahan
ekosistem perairan juga terbatas. Oleh karena itu perlu dipahami kaidah-kaidah
ekosistem dan hal-hal penting yang akan digunakan sebagai dasar pengelolaan
suatu ekosistem.
No comments:
Post a Comment