I.
PENDAHULUAN
Kesehatan hewan adalah segala
urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan
kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan
penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan
kesehatan hewan serta keamanan pakan.
Usaha di bidang kesehatan hewan
adalah kegiatan yang menghasilkan suatu produk dan jasayang menunjang upaya
dalam mewujudkan kesehatan hewan. Salah satu langkah awal dalam kegiatan
kesehatan hewan adalah pemeriksaan tubuh hewan/ternak.
Kegiatan pemeriksaan tubuh ternak
merupakan salah satu metode yang dihunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosa
keadaan suatu ternak apakah ternak tersebut sehat atau sakit. Hasil diagnosa
dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemberian tindakan lebih lanjut terhadap
ternak tersebut. Beberapa parameter pemeriksaan yang umum dilakukan pada ternak
antara lain: respirasi, pulsus dan
temperatur (suhu) tubuh ternak.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Politeknik Pembangunan
Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta-Magelang semester VII dalam hal kesehatan ternak,
maka dilakukan praktik pemeriksaan tubuh ternak yang dilaksanakan di
Laboratorium Ternak Besar Polbangtan Yogyakarta-Magelang.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Status faali yang meliputi respirasi, pulsus, dan temperatur rektal
merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan
kesehatan suatu ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung. Kondisi
status faali ternak merupakan indikasi dari kesehatan dan adaptasi ternak
terhadap lingkungannya. Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat
hidupnya, apabila lingkungan dengan suhu dan kelembapan yang tinggi dapat
menyebabkan stress (cekaman) karena sistem pengaturan panas tubuh dengan lingkungannya
menjadi tidak seimbang. Ternak domba termasuk hewan homoitherm yang memiliki
kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap stabil, sehingga
terjadi keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang dikeluarkan
kesekelilingnya (Schmidt,1997).
A. Respirasi
Respirasi adalah proses kimia dan
fisika dalam organisme menyangkut pertukaran gas dengan lingkungannya. Gas yang
dikeluarkan prinsipnya antara oksigen dari udara dan karbon dioksida dari tubuh
ke udara sekitarnya. Oksigen dari udara dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme
oksidatif, sedangkan karbondioksida merupakan produk akhir yang harus
dikeluarkan. Bertahan hidup individu hanya terjadi bila dalam jaringan tubuh
konsentrasi kedua gas tersebut ada dalam konsentrasi dan keseimbangan yang
tepat (Andriyani et al., 2010). Sistem respirasi memiliki fungsi untuk memasok
O2 kedalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Respirasi dibedakan
menjadi dua yaitu respirasi internal dan eksternal. Respirasi internal adalah
proses pengeluaran O2 oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme berupa
CO2. Respirasi eksternal sama dengan benafas (Isnaeni, 2006).
Kendali persyaratan pada pernapasan ada dua mekanisme yaitu pernapasan
volunter dan pernapasan otomatis (Ganong, 2003). Faktor yang mempengaruhi
pernapasan yaitu aktivitas tubuh, emosi, rasa sakit dan takut, impuls aferen
dan pengendalian secara sadar (Gabriel, 1996). Kisaran normal respirasi
beberapa hewan ternak dapat diamati pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Kisaran respirasi normal pada ternak
Spesies
|
Kisaran Respirasi (kali per menit)
|
Sapi
|
24-42
|
Kambing
|
26-54
|
Domba
|
25-37
|
Kelinci
|
18-23
|
Sumber: Frandson,
1996
B. Pulsus
Pulsus Sistem sirkulasi atau
sistem kardiovaskuler, pada hakikatnya mempelajari bagaimana darah
didistribusikan dan organ-organ yang berperan. Sistem sirkulatori atau dikenal
dengan sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung, arteri, vena, dan pembuluh darah
kapiler. Pembuluh darah kapiler ialah arteriol dan venula yang semuanya
merupakan sistem pembuluh tertutup (Adriani et al., 2010). Jantung adalah organ
pemompa darah keseluruh tubuh yang memiliki gugus sel untuk menunjukkan laju
dan waktu ketika semua otot sel berkontraksi (Campbell et al., 2011).
Bagian-bagian jantung secara normal berdenyut dengan urutan teratur yaitu
kontraksi atrium (sistolik turun) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik
ventrikel), dan selama diastolik semua empat rongga jantungdalam keadaan
relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus
dan juga menhyebar melalui sistem ini kesemua bagian miokardium (Ganong, 2003).
Kisaran normal pulsus beberapa hewan ternak dapat diamati pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2. Kisaran normal pulsus ternak
Spesies
|
Kisaran Pulsus (Kali per menit)
|
Kuda
|
23-70
|
Kelinci
|
123-304
|
Kambing
|
70-135
|
Sapi
|
60-70
|
Domba
|
60-120
|
Sumber: Andriani,
2010
C. Temperatur (Suhu)
Temperatur Rektal Temperatur
rektal merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan pelepas panas
tubuh. Cara mengukur temperatur rektal adalah dengan memasukkan termometer
rektal ke dalam rektum. Faktor yang mempengaruhi temperatur rektal adalah bangsa
ternak, aktivitas ternak, kondisi kesehatan dan kondisi lingkungan ternak
(Frandson, 1996). Tingginya intensitas matahari diwilayah Indonesia menyebabkan
suhu udara meningkat, akubatnya hewan ternak yang dipelihara akan terkena
cekaman panas. Cekaman panas ditandai dengan meningkatnya denyut jantung yang
akan berpengaruh negatif terhadap proses faali (Utomo, 2009).
Thermoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu
tubuhnya supaya tetap konstan sehingga tubuh tidak mengalami perubahan suhu
yang terlalu besar. Mekanisme thermoregulasi yang dilakukan hewan ialah
mengatur keseimbangan antar perolehan dan kehilangan panas. Suhu tubuh yang
konstan diperlukan karena perubahan suhu dapat mempengaruhi konformasi protein
dan aktivitas enzim yang menyebabkan aktivitas sel pun akan terganggu (Isnaeni,
2006). Kisaran normal temperatur rektal beberapa hewan ternak dapat diamati
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Kisaran normal temperatur rektal ternak
Spesies
|
Kisaran Temperatur Rektal (oC)
|
Kelinci
|
38-40,1
|
Kambing
|
38,5-40
|
Sapi Perah
|
38-39
|
Sapi Potong
|
36,7-39,1
|
Ayam
|
40,6-43
|
Sumber: Frandson,
1996
III.
METODOLOGI
A. Materi
Alat yang digunakan dalam
praktikum pemeriksaan ternak ini adalah thermometer rektal, stetoskop, counter,
dan arloji. Bahan yang digunakan adalah ternak sapi betina.
B.
Metode
1.
Respirasi
Respirasi pada sapi betina
dilakukan dengan cara medekatkan punggung tangan ke hidung ternak, sehingga
akan terasa hembusan nafasnya. Pemeriksaan dilakukan selama 1 menit.
2.
Pulsus
Pulsus pada sapi betina dilakukan
dengan cara meraba bagian pangkal ekor sehingga terasa denyutan arteri
caudalis-nya. Pemeriksaan dilakukan selama 1 menit.
3.
Temperatur rektal
Temperatur rektal dilakukan dengan cara skala termometer dinolkan dengan
cara dikibas-kibaskan dengan hati-hati. Termometer dimasukkan kedalam rektum
probandus (1/3 bagian). Pemeriksaan dilakukan selama 1 menit.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Ternak
Tabel
4. Identitas Ternak
Jenis Ternak
|
Sapi
|
Bangsa
|
FH (Friesian Holstain)
|
Jenis Kelamin
|
Betina
|
Umur
|
2 Tahun
|
Sumber: Hasil Praktikum, 2018
B. Respirasi
Hasil dari praktikum adalah
respirasi pada ternak 30 hembusan per menit. Berdasarkan literatur menurut
Frandson (1996) bahwa respirasi pada sapi normal berada di kisaran 24-42 per
menit sehingga dapat dikatakan bahwa sapi memiliki respirasi yang normal.
C. Pulsus
Hasil dari praktikum adalah Palsus
pada ternak 84 denyutan per menit dan detak jantung sebanyak 40 detakan per
menit. Berdasarkan literatur menurut Andriani (2010) bahwa Pulsus pada sapi normal
berada di kisaran 60-70 per menit sehingga dapat dikatakan bahwa sapi berada
dalam kondisi tidak normal. Hal ini diduga disebabkan karena ternak mengalami
takut dan stress ketika sedang diperiksa serta merasa asing terhadap pemeriksa.
D. Temperatur rektal
Hasil dari praktikumadalah
temperatur (suhu) pada ternak adalah 39 oC. Berdasarkan literatur
menurut Frandson (1996) bahwa temperatur (suhu) normal pada sapi berada di
kisaran 38-39oC sehingga dapat dikatakan bahwa sapi memiliki suhu
tubuh yang normal.
V.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum,
dapat diketahui data pemeriksaan ternak antara lain sebagai berikut:
a.
Ternak yang
diidentifikasi/dilakukan pemeriksaan adalah sapi betina jenis FH (Friesian
Holstain) umur 2 tahun.
b.
Respirasi pada ternak sapi
adalah 30 per menit
c.
Palsus pada ternak sapi
adalah 1) detak jantung: 40 per menit, 2) denyut nadi: 84 per menit.
d.
Temperatur (suhu) pada
ternak adalah 39 oC
e.
Berdasarkan literatur dan
hasil pemeriksaan di atas dapat disimpulkan bahwa ternak sapi betina FH dalam
kondisi sehat/normal namun dengan palsus yang melebihi standar normal diduga karena
merasa takut/terkejut/stress ketika sedang diperiksa.
DAFTAR
PUSTAKA
Andriani, L., E. Hernawan, K.A. Kamil, dan A. Mushawwir. 2010.
Fisiologi
Ternak. Widya Padjadjaran. Bandung.
Campbell, N. A., and J.B Reece. 2002. Biologi Edisi Delapan. Pearson Education,
Inc. Benjamin cumming.USA
Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. EGC. Jakarta
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 20. Terjemahan
dari : Review of Medical Physiologi. 20th. Oleh : Djauhari Widjajakusumah.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ilma, Meta Oktarika. Kustono. Widyantoro. 2007. Status Faali dan Profil
Darah Domba Lokal Jantan Yang Diberi Pakan Substitusi Tepung Limbah Udang
Fermentasi. Vol 31(4) : 3
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan Kanisius. Yogyakarta
Schmidt, K. and Nielsen. 1997. Animal Physiology 5th edition. Cambridge
University Press. Cambridge
Siregar, S. B. 1982. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Penggunaan
Makanan ,
Status Faali dan Pertumbuhan Kambing dan Domba
Lokal, Tesis
Pascasarjana Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Utomo, B. D.P
Miranti . G.C. Intan. 2009. Kajian Termoregulasi Sapi Perah
Periode
Laktasi Dengan Peningkatan Kualitas Pakan. Vol 1(1): 2
Yuwanta, Tri.
2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment